PENELITIAN KUANTITATIF
A. Pendahuluan
Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik. Penelitian kuantitatif dikembangkan oleh penganut positivisme yang dipelopori oleh Auguste Conte. Aliran ini berpendapat bahwa untuk memacu perkembangan ilmu-ilmu sosial, maka metode-metode IPA harus diadopsi ke dalam riset-riset ilmu sosial (Harahap, 1992).
Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diamati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian menghasilkan data kuantitatif.
Berbeda dengan penelitian kualitatif yang menekankan pada studi kasus, penelitian kuantitatif bermuara pada survey.
Richard dan Cook (dalam Abdullah Fajar, 1992) mengemukakan perbedaan paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut:
PARADIGMA KUALITATIF |
PARADIGMA KUANTITATIF |
Menganjurkan pemakaian metode kualitatif
Bersandar pada fenomenologisme dan verstehen; perhatian
tertuju pada pemahaman tingkah laku manusia dari sudut pandangan
pelaku itu sendiri.
Pengamatan berlangsung secara alamiah (naturalistic)
dan tidak dikendalikan (uncontrolled)
Bersifat subyektif
Dekat dengan data; bertolak dari perspektif dari “dalam”
individu atau masyarakat yang diteliti.
Penelitian bersifat mendasar (grouned), ditujukan
pada penemuan (discovery-oriented), menekankan pada perluasan (expansionist),
bersifat deskriptif, dan induktif.
Berorientasi pada proses
Valid; data bersifat ‘mendalam’, ‘kaya’, dan ‘nyata.
Tidak dapat digeneralisasikan; studi di atas kasus tunggal
Bersifat holistic
Mengasumsikan adanya realitas yang bersifat dinamik
|
Menganjurkan pemakaian metode-metode kuantitatif.
Bersandar pada positivisme logika; mencari fakta-fakta dan
sebab-sebab dari gejala sosial dengan mengesampingkan keadaan
individu-individu.
Pengamatan ditandasi pengukuran yang dikendalikan dan
blak-blakan (obtrusive)
Bersifat obyektif
Jauh dari data; bertolak dari sudut pandangan dari “luar”
Penelitian bersifat tidak mendasar (ungrouned),
ditujukan pada pengujian (verification-oriented), menekankan penegasan
(confirmatory), reduksionis, inferensial, deduktif-hipotetik.
Berorientasi pada hasil
Reliabel; data ‘keras’ dan dapat diulang
Dapat digeneralisasikan; studi atas banyak kasus
Bersifat partikularistik
Mengasumsikan adanya realitas yang stabil
|
B. Langkah-Langkah Penelitian Kuantitatif
1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah memuat hal-hal yang melatar belakangi dilakukannya penelitian, apa hal yang menarik
untuk melakukan penelitian biasanya karena adanya kesenjangan antara
kesenjangan antara yang seharusnya dan kenyataan. Dalam bagian ini dimuat
deskripsi singkat wilayah penelitian dan juga jika diperlukan hasil penelitian
peneliti sebelumnya. Secara rinci latar belakang (Wardi Bachtiar:1997) berisi:
a.
Argumentasi mengapa masalah tersebut menarik untuk
diteliti dipandang dari bidang keilmuan/maupun kebutuhan praktis.
b.
Penjelasan akibat-akibat negatif jika masalah tersebut
tidak dipecahkan.
c.
Penjelasan dampak positif yang timbul dari hasil-hasil
penelitian
d.
Penjelasan bahwa masalah tersebut relevan, aktual dan sesuai dengan situasi dan kebutuhan zaman
e.
Relevansinya dengna penelitian-penelitian sebelumnya
f.
Gambaran hasil penelitian dan manfaatnya bagi
masyarakat atau negara dan bagi perkembangan ilmu
2. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah
a.
Identifikasi Masalah
Masalah penelitian dapat diidentifikasi
sebagai adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam
kenyataan, adanya kesenjangan informasi atau teori dan sebagainya.
b. Pemilihan Masalah
1). Mempunyai nilai penelitian (asli penting dan
dapat diuji)
2). Fisible (biaya, waktu dan kondisi)
3). Sesuai dengan kualifikasi peneliti
4). Menghubungkan dua variabel atau lebih
(Nazir: 1988)
c.
Sumber Masalah
Bacaan, seminar, diskusi, pengamatan, pengalaman, hasil penelitian
terdahulu, dan lain-lain.
d.
Perumusan Masalah
1). Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
2). Jelas dan padat
3). Dapat menjadi dasar dalam
merumusan hipotesa dan judul penelitian
Selain dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya, suatu masalah dapat
dirumuskan dengan menggunakan kalimat berita. Keduanya sama baiknya akan tetapi
ada perbedaan dalam kemampuannya mengkomunikasikan pesan yang ada di dalamnya.
Kalimat berita lebih bersifat memberikan gambaran tentang karakteristik masalah
yang bersangkutan. Sedangkan kalimat tanya dapat lebih mengakibatkan adanya
tantangan untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut.
Terlepas dari bentuk perumusan masalah yang digunakan, terdapat beberapa
kriteria yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk merumuskan masalah, yaitu
sebagai berikut :
1)
Masalah yang dirumuskan harus mampu menggambarkan
penguraian tentang gejala-gejala yang dimilikinya dan bagaimana kaitan antara
gejala satu dengan gejala lainnya.
2)
Masalah harus dirumuskan secara jelas dan tidak berarti
dua, artinya tidak ada maksud lain yang terkandung selain bunyi masalahnya. Rumusan
masalah tersebut juga harus dapat menerangkan dirinya sendiri sehingga tidak
diperlukan keterangan lain untuk menjelaskannya. Masalah yang baik selalu
dilengkapi dengan rumusan yang utuh antara unsur sebab dan unsur akibat
sehingga dapat menantang pemikiran lebih jauh.
3)
Masalah yang baik hendaknya dapat memancing pembuktian
lebih lanjut secara empiris. Suatu masalah tidak hanya menggambarkan hubungan
antargejala tetapi juga bagaimana gejala-gejala tersebut dapat diukur (Ace
Suryadi: 2000).
e. Perumusan Tujuan dan Manfaat Penelitian
1)
Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang apa
yang akan kita cari/ capai dari masalah penelitian. Cara merumuskan yang paling
mudah adalah dengan mengubah kalimat pertanyaan dalam rumusan masalah menjadi
kalimat pernyataan.
2)
Manfaat penelitian mencakup manfaat teoritis dan
praktis (Arikunto:1992).
f. Telaah Pustaka
1)
Manfaat Telaah Pustaka
2)
Untuk memperdalam
pengetahuan tentang masalah yang diteliti
3)
Menyusun kerangka teoritis yang menjadi landasan
pemikiran
4)
Untuk mempertajam konsep yang digunakan sehingga
memudahkan perumusan hipotesa
5)
Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian
g. Pembentukan Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan landasan pemikiran yang
membantu arah penelitian, pemilihan konsep, perumusan hipotesa dan memberi
kerangka orientasi untuk klasifikasi dan analisis data (Koentjaraningrat:1973).
Kerangka teori dibuat berdasarkan teori-teori yang sudah ada atau berdasarkan
pemikiran logis yang dibangun oleh peneliti sendiri.
Teori yang dibahas atau teori yang dikupas harus
mempunyai relevansi yang kuat dengan permasalahan penelitian. Sifatnya
mengemukakan bagaimana seharusnya tentang masalah yang diteliti tersebut
berdasar konsep atau teori-teori tertentu. Khusus untuk penelitian hubungan dua
variabel atau lebih maka dalam landasan
teori harus dapat digambarkan secara jelas bagaimana hubungan dua variabel
tersebut.
h. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling
tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesa merupakan kristalisasi dari kesimpulan
teoritik yang diperoleh dari telaah pustaka. Secara statistik hipotesis
merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang
diperoleh dari sampel penelitian.
i. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Konsep merupakan definisi dari sekelompok fakta atau
gejala (yang akan diteliti). Konsep ada yang sederhana dan dapat dilihat
seperti konsep meja, kursi dan sebagainya dan ada konsep yang abstrak dan tak
dapat dilihat seeprti konsep partisipasi, peranan dan sebagainya. Konsep yang
tak dapat dilihat disebut construct. Karena construct bergerak di
alam abstrak maka perlu diubah dalam bentuk yang dapat diukur secara empiris,
atau dalam kata lain perlu ada definisi operasional.
Definisi operasional adalah mengubah konsep dengan kata-kata yang
menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji
kebenarannya oleh orang lain.
Konsep yang mempunyai variasi nilai disebut variabel. Variabel dibagi
menjadi dua:
a.
Variabel deskrit/katagorikal misalnya : variabel jenis
kelamin.
b.
Variabel
Continues misal : variabel umur
Proses pengukuran variabel merupakan rangkaian dari empat aktivitas pokok
yaitu:
1.
Menentukan dimensi variabel penelitian. Variabel-variabel
penelitian sosial sering kali memiliki lebih dari satudimensi. Semakin lengkap
dimensi suatu variabel yang dapat diukur, semakin baik ukuran yang dihasilkan.
2.
Merumuskan dimensi variabel. Setelah dimensi-dimensi
suatu variabel dapat ditentukan, barulah dirumuskan ukuran untuk masing-masing
dimensi. Ukuran ini biasanya berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang relevan
dengan dimensi tadi.
3.
Menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan dalam
pengukuran. Apakah skala: nominal, ordinal, interval, atau ratio.
4.
Menguji tingkat validitas dan reliabilitas dari alat
pengukur apabila yang dipakai adalah alat ukur yang baru.
Contoh yang bagus proses pengukuran suatu variabel dikemukakan oleh Glock
dan Stark (dalam Ancok:1989) yang mengembangkan
suatu konsep untuk mengukur tingkat religiusitas. Menurut pendapat
mereka konsep religiusitas mempunyai lima dimensi sebagai berikut :
1.
Ritual Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang
mengerjakan kewajiban ritual di dalam agama mereka. Seperti sholat, puasa,
membayar zakat, dan lain-lain, bagi yang beragama Islam. atau pergi ke gereja
dan kegiatan ritual lainnya bagi yang beragama Kristen.
2.
Ideologi Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang
menerima hal-hal yang dogmatik di dalam agama mereka masing-masing. Misalkan apakah
seseorang yang beragama percaya tentang adanya malaikat, hari kiamat, surga,
neraka, dan lain-lain hal yang sifatnya dogmatik.
3.
Intellectual Involvement, sebenarnya jauh seseorang
mengetahui tentang ajaran agamanya. Seberapa jauh aktivitasnya di dalam
menambah pengetahuan agamanya, apakah dia mengikuti pengajian, membaca
buku-buku agama, bagi yang beragama Islam. bagi yang beragama Kristen apakah
dia menghadiri Sekolah Minggu, membaca buku-buku agama, dan lain-lain. Demikian
pula dengan orang pemeluk agama lainnya, apakah dia mengerjakan hal-hal yang
serupa.
4.
Experiential Involvement, yaitu dimensi yang berisikan
pengalaman-pengalaman unik dan spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang
dari Tuhan. Misalnya, apakah seseorang pernah merasakan bahwa doanya dikabulkan
Tuhan; apakah di apernah merasakan bahwa jiwanya selamat dari bahaya karena
pertolongan Tuhan, dan lain-lain.
5.
Consequential Involvement, yaitu dimensi yang mengukur
sejauh mana perilaku seseorang dimotifikasikan oleh ajaran agamanya. Misalkan
apakah dia menerapkan ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial. misalnya,
apakah dia pergi mengunjungi tetangganya yang sakit, mendermakan sebagian
kekayaannya untuk kepentingan fakir miskin. Menyumbangkan uangnya untuk
pendirian rumah yatim piatu, dan lain-lain.
Dimensi-dimensi yang disebut di
atas kemudian diperinci dalam aspek yang lebih kecil dalam bentuk pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian dijadikan komponen alat pengukur yang
terhadap dimensi tingkat religiusitas.
C. Validitas dan Reliabiltas Instrumen
Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur variabel yang kita teliti sebelumnya
harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Bila instrumen/alat ukur tersebut tidak valid
maupun reliabel, maka tidak akan diperoleh hasil penelitian yang baik.
Validitas adalah indeks
yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur betul-betul mengukur apa yang akan diukur.
Ada beberapa jenis validitas, namun yang paling banyak dibahas adalah
validitas konstruk. Konstruk atau
kerangka konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggabarkan
secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok
atau individu yang menjadi pusat perhatian penelitian. Konsep itu
kemudian seringkali masih harus diubah
menjadi definisi yang operasional, yang menggambarkan bagaimana mengukur suatu
gejala. Langkah selanjutnya adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan/
pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan definisi itu.
Untuk mencari definisi konsep tersebut dapat ditempuh dengan berbagai
cara sebagai berikut :
- Mencari definisi konsep yang dikemukakan para ahli. Untuk ini perlu dipelajari buku-buku referensi yang relevan.
- Kalau dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep-konsep penelitian, maka peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut. Untuk tujuan ini peneliti dapat mendiskusikan dengan ahli-ahli yang kompeten dibidang konsep yang akan diukur.
- Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden (Ancok: 1989). Misalnya peneliti ingin mengukur konsep “religiusitas”. Dalam mendefinisikan konsep ini peneliti dapat langsung menanyakan kepada beberapa calon responden tetnang ciri-ciri orang yang religius. Berdasar jawaban calon responden, kemudian disusun kerangka suatu konsep. Apabila terdapat konsistensi antra komponen-komponen konstruk yang satu dengna lainnya, maka konstruk itu memiliki validitas.
Cara yang paling banyak dipakai untuk mengetahui validitas konstruk suatu
instrumen/alat pengukur ialah dengan mengkorelasikan skor/nilai yang diperoleh
pada masing-masing pertanyaan/pernyataan dari semua responden dengan skor/nilai total semua pertanyaan/pernyataan
dari semua responden. Korelasi antara skor/nilai setiap pertanyaan/pernyataan
dan skor/nilai total haruslah signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu
misalnya dengan menggunakan teknik korelasi product moment.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengkur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan
kemantapan/konsistensi hasil pengukuran.
Suatu alat pengukur dikatakan mantap
atau konsisten, apabila untuk mengukur sesuatu berulang kali, alat
pengukur itu menunjukkan hasil yang sama, dalam kondisi yang sama.
Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil
pengukuran yang mantap atau konsisten. Pada alat pengukur fenomena fisik
seperti berat dan panjang suatu benda, kemantapan atau konsistensi hasil
pengukuran bukanlah sesuatu yang sulit diperoleh. Tetapi untuk pengukuran
fenomena sosial, seperti sikap, pendapat, persepsi, kesadaran beragama,
pengukuran yang mantap atau konsisten, agak sulit dicapai.
Berhubung gejala sosial tidak semantap fenomena fisik, maka dalam
pengukuran fenomena sosial selalu diperhitungkan unsur kesalahan pengukuran.
Dalam penelitian sosial kesalahan pengukuran ini cukup besar. Karena itu untuk
mengetahui hasil pengukuran yang sebenarnya, kesalahan pengukuran ini perlu
diperhitungkan. Makin kecil kesalahan pengukuran, semakin reliabel alat
pengukurnya. Semakin besar kesalahan pengukuran, semakin tidak reliabel alat
pengukur tersebut.
Teknik-teknik untuk menentukan reliabilitas ada tiga yaitu: a. teknik
ulangan, b. teknik bentuk pararel dan c. teknik belah dua. Dalam tulisan ini
akan dijelaskan satu teknik saja yaitu teknik belah dua.
Teknik belah dua merupakan cara mengukur reliabilitas suatu alat ukur
dengan membagi alat ukur menjadi dua kelompok. Adapun langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:
a.
Mengajukan instrumen kepada sejumlah responden kemudia
dihitung validitas itemnya. Item yang valid dikumpulkan menjadi satu, item yang
tidak valid dibuang.
b.
Membagi item yang valid tersebut menjadi dua belahan.
Untuk mebelah instrumen menjadi dua, dapat dilakukan dengan salah satu cara
berikut: 1). Membagi item dengan cara acak (random). Separo masuk belahan
pertama, yang separo lagi masuk belahan kedua; atau (2) membagi item
berdasarkan nomor genap-ganjil. Item yang bernomor ganjil dikumpulkan menjadi
satu dan yang bernomor genap juga dijadikan satu. Untuk menghitung reliabilitasnya
skor total dari kedua belahan itu dikorelasikan.
D. Penetapan Metode Penelitian
Penetapan metode penelitian mencakup : (i) penentuan subyek penelitian
(populasi dan sampel), (ii) metode pengumpulan data(penyusunan angket) dan
(iii) metode analisis data (pemilihan analisis statistik yang sesuai dengan
jenis data)
E. Pembuatan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah pedoman yang disusun secara sistematis dan
logis tentang apa yang akan dilakukan dalam penelitian. Rancangan penelitian
memuat: judul, latar belakang masalah, masalah, tujuan, kajian pustaka,
hipotesis, definisi operasional, metode penelitian, jadwal pelaksanaan, organisasi/tenaga pelaksana dan rencana
anggaran.
F. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data diperlukan
kemampuan melacak peta wilayah, sumber informasi dan keterampilan menggali
data. Untuk itu diperlukan pelatihan bagi para tenaga pengumpul data.
G. Pengolahan, Analisis dan Interpretasi Hasil Penelitian
Pengolahan data meliputi editing, coding, katagorisasi dan tabulasi data.
Analisis data bertujuan menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan
ditafsirkan. Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik.
Interpretasi bertujuan menafsirkan hasil analisis secara lebih luas untuk
menarik kesimpulan.
H. Menyusun Laporan Penelitian
Untuk memudahkan menyusun laporan maka diperlukan kerangka laporan out
line.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Fajar, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam
Jurnal Penelitian Agama Nomor: 1 Juni – Agustus 1992. Balai Penelitian P3M
IAIN Sunan Kalijaga
Ace Suryadi, Teori dan Praktek Perumusan Masalah Dalam Penelitian
Sosial Keagamaan, Makalah Tidak Diterbitkan, 2000.
Djamaluddin Ancok, Teknik Penyusunan Skala Pengukuran; PPK
UGM, Yogyakarta, 1989.
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia,
Jakarta, 1973.
Harahap, Nasruddin, Penelitian Sosial : Latar Belakang, Proses :
Persiapan Pelaksanaannya, dalam
Jurnal Penelitian Agama Nomor: 1 Juni – Agustus 1992. Balai Penelitian P3M
IAIN Sunan Kalijaga
Moh. Nasir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1988.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, LP3ES,
Jakarta, 1985.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta,
PT. Rineka Cipta, 1992.
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Logos:
Jakarta, 1997.
Lampiran 1.
Pedoman Penyusunan Angket
1.
Tujuan Pokok Pembuatan Angket
a.
Memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian
b.
Memperoleh data dengan reliabilitas dan validitas
setinggi mungkin
2.
Sumber Penyusunan Angket
a.
Kerangka konseptual (variabel)
b.
Tujuan penelitian
c.
Hipotesa
3.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket
a.
Apakah pertanyaan yang diajukan relevan dengan tujuan
dan hipotesa penelitian
b.
Bagaimana cara tabulasi untuk tiap pertanyaan
c.
Mempelajari angket yang sudah ada
d.
Konsultasi dengan ahli yang pernah meneliti hal yang
sama
4.
Isi Pertanyaan dalam angket
a.
Pertanyaan tentang fakta misal : umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan dan sebagainya.
b.
Pertanyaan tentang pendapat, tanggapan dan sikap, misal
: sikap responden terhadap sesuatu hal.
5.
Jenis Pertanyaan dalam angket.
a.
Pertanyaan tertutup
Jawaban pertanyaan sudah disediakan oleh peneliti. Keuntungan memudahkan
dalam proses tabulasi, sedang kelemahannya kurang dapat memperoleh data yang
mendalam dan bervariasi.
b.
Pertanyaan terbuka
Jawaban pertanyaan tidak ditentukan terlebih dahulu, responden bebas
memberi jawaban. Keuntungannya dapat menangkap informasi lebih luas. Sedang
kelemahannya adalah kesulitan dalam proses tabulasi.
c.
Pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka
Jawaban pertanyaan sudah disediakan, tetapi diikuti oleh pertanyaan
terbuka
Lampiran 2.
Contoh Angket
RITUAL INVOLVEMENT
1.
Apakah Anda sholat ? 1.
Ya 2. Tidak
Kalau ‘ya’, hal
yang manakah dari hal-hal berikut ini yang sesuai bagi Anda :
a.
solat secara teratur lima kali sehari,
b.
solat tiap hari, tetapi tidak sampai lima kali sehari,
c.
solat hanya seminggu sekali pada hari Jumat,
d.
solat hanya pada Hari Raya saja.
2.
Apakah Anda berdoa sebelum makan ? 1. Ya 2.
Tidak
Kalau ‘ya’, dari
hal berikut ini yang manakah yang sesuai bagi Anda :
a.
selalu membaca doa setiap kali akan makan makanan apa
saja,
b.
hanya berdoa setiap akan makan di meja makan,
c.
bila akan makan di meja makan kadang-kadang beroda,
kadang-kadang tidak,
d.
pernah berdoa, tetapi pada umumnya tidak
IDEOLOGICAL INVOLVEMENT
1. Apakah Anda yakin bahwa hari
kiamat pasti datang?
a.
sangat yakin
b.
cukup yakin
c.
kurang yakin
d.
tidak yakin
2. Apakah Anda yakin bahwa surga
itu hanya tempat bagi orang yang taat beribadah?
a.
sangat yakin
b.
cukup yakin
c.
kurang yakin
d.
tidak yakin
INTELECTUAL INVOLVEMENT
1. Apakah Anda sering menghadiri
pengajian keagamaan?
a.
sangat sering
b.
cukup sering
c.
agak jarang
d.
sangat jarang
2. Apakah Anda sering membaca
buku-buku tentang agama yang Anda peluk?
a.
sangat sering
b.
cukup sering
c.
agak jarang
d.
sangat jarang
EXPERIENTAL INVOLVEMENT
1. Apakah doa Anda sering
dikabulkan Tuhan?
a.
sangat sering
b.
cukup sering
c.
agak jarang
d.
sangat jarang
EXPERIENTAL INVOLVEMENT
1.
Bila Anda disuruh berbuat curang dalam suatu pertandingan
olahraga oleh teman Anda, apakah Anda selalu menolak?
a.
selalu menolak
b.
pada umumnya menolak, walaupun kadang-kadang menerima
c.
kadang-kadang menerima, kadang-kadang menolak
d.
umumnya tidak menolak
2.
Bila Anda berbuat kesalahan terhadap seseorang, apakah
yang Anda lakukan?
a.
selalu segera meminta maaf
b.
umumnya segera meminta maaf, walaupun kadang-kadang
tidak
c.
sering minta maaf, tetapi sering pula tidak
d.
jarang meminta maaf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar